Bro dan sis sekalian….pernah nggak sampeyan dibikin bimbang dan bingung atas informasi inreyen motor yang benar. Ada yang mengatakan langsung geber agar motor tidak manja dan lebih ngacir..namun jika melihat panduan dibuku petunjuk, disarankan mengikuti langkah-langkah seperti menahan RPM dan lain sebagainya. Nah..setelah pending sekian lama, akhrinya pada artikel ini IWB akan coba suguhkan cara inreyen yang benar menurut ITB (Istitut teknology Bandung). Diwakili oleh Dr. Ing. Tri Yuswidjanjanto, berikut penuturannya…..
Selama ini IWB banyak menerima pertanyaan seputar inreyen motor yang benar. Membludaknya testimoni motor dengan cara inreyen digeber membuat performa maksimal menjadi biang kebingungan para biker. Apalagi saran tersebut tidak hadir dalam buku panduan pabrikan yang menyarankan sebaliknya yakni jangan terlalu memaksakan dengan mengatur RPM diangka tertentu. Nah…mumpung ketemu ahlinya, IWB bertanya dan berikut jawaban pria jebolan insinyur mesin Jerman tersebut….
Komponen baru umumnya masih menyesuikan posisinya. Antar satu komponen dengan yang lain belum klop atau duduk pada tempatnya. Pada fase ini tingkat keausan komponen sangat tinggi. Diperlukan ketelatenan dengan cara mengatur putaran mesin sesuai yang direkomendasikan pabrikan. Karena jika kitiran mesin terlalu tinggi, maka tekanan yang diderita komponen juga makin kuat…
Jika hal ini terjadi…maka target durability yang dipatok pabrikan tidak akan tercapai. Oleh karena itu ada yang namanya servis pertama dengan cara membuang oli mesin. Servis pertama yang dilakukan pada kilometer 1000 adalah upaya membuang gram-gram hasil friksi komponen baru. Difase itulah part saling menempati posisinya untuk keawetan jangka panjang nanti. Terus gimana dengan kepercayaan inreyen geber lebih bagus untuk performa??…
Performa dan keawetan berbanding terbalik. Bisa jadi memang iya secara feeling lebih ngacir karena tingkat kerenggangan komponen jadi makin longgar. Bisa dideteksi dari suara engine yang cenderung kasar. Akselerasi biasanya juga lebih enteng. Namun dengan inreyen diatas, dipastikan komponen tidak akan mampu mencapai durability yang dipatok. Kasarnya….life time lebih pendek. Yah…ibaratnya jika klep bisa tahan hingga 6 tahun, maka inreyen model diatas memangkasnya menjadi 4 tahun saja. Itukah konskwensi memaksakan komponen yang memiliki keausan tinggi…
So…semua diserahkan pada biker sendiri. Mau engine lebih awet atau hanya mengejar tarikan enteng??. Silahkan mzbro yang memilih. Yang pasti…perlakuan kita saat inreyen tunggangan mempengaruhi lifetime engine itu sendiri dimasa depan. Piye…wis gamblang kiro-kiro kangbro??. Kedepan kita akan bahas mengenai hukum mengoplos BBM dengan oktan yang lebih tinggi. Apakah betul bisa mendongkrak nilai oktan dan gimana efek bagi mesin??. Tunggu diartikel berikutnya….(iwb)
Noted : Thanks to Yamaha & ITB for the article
Leave a comment