Doni Tata….pembalap ini begitu mengkilap ketika membalap dikelas underbone bebek. DipolesYamaha…rider berasal dari Yogya ini begitu mendominasi diberbagai kejuaraan nasional. Sayang….prestasinya jauh dari harapan ketika Doni dibawa kekancah balap internasional Motogp. Kendala cuaca, homesick atau kurang kompetitifnya tunggangan dituding sebagai biang keladi nyungsepnya prestasi Doni. Akan tetapi….masalah utama ternyata tidak sesimpel itu. Setelah melakukan analisa serta study mendalam, YIMM menemukan titik lemah dari mayoritas pembalap lokal. Opo kuwi??….
Pembalap kita jago betot gas…..mengambil racing line sesuai pengalaman, merebahkan badan hanya menggunakan feeling tanpa mampu menerangkan dalam teori tertulis. Hal ini beda dengan pembalap internasional seperti Lorenzo serta rider lain yang sudah dicekokin ilmu teori sejak usia belia. Semua berjenjang mengikuti karir yang ikut menanjak. Contoh simpelnya adalah mata. Mayoritas belum tahu fungsi kekuatan mata secara dasar teori. Begitu pula kenapa kita harus rebah dan badan rada menggantung ketika cornering. Jawaban mayoritas rider lokal “ya memang harus begitu pak…kalau tidak ya tidak bisa belok”. Nah….tentu hal ini beda dengan pembalap bule…..
Menurut pak Yusri (JDDC)….ketika motor digeber dan kemudian braking….diteruskan cornering, ada 3 gaya yang menyerang motor yakni sentrifugal, gravitasi dan kinetik. Karena itu…..rider harus menetralisir dengan menggeser badan kearah berlawanan tanpa menutup gas penuh (digantung). Semakin berat bobot, gaya kinetik yang mendera rider akan makin besar praktis braking area juga makin mundur. Pria jebolan teknik riding dari California USA ini cukup kaget sebab dasar-dasar teori ini tidak diketahui oleh pembalap kelas wahid lokal. ” Pelatih sekarang hanya mengatakan….hayo ikuti racing line saya, kalau sudah identik berarti kalian sudah oke..” seru pak Yusri. Hasilnya?. Skill jadi mandul ketika dihadapkan pada cuaca dan trek berbeda. Hhhmmm…menarik juga nih!
Atas dasar itulah…pihak YIMM sadar bahwa untuk menghasilkan pembalap top tidak bisa instan. Butuh proses berkesinambungan lewat edukasi teori sejak dini. Mereka tidak mau matang karbitan. Oleh sebab itu ditahun 2013 ini basis ilmu tentang teknik diberikan kepada 74 rider mereka. Selain teori skill….yang menarik ada kurikulum baru yang kudu mereka sebarkan nantinya kepada teman-teman sekolah atau lingkungannya yakni Yamaha Safe Riding Science (YSRS). “Kalau kita yang sosialisasikan….asumsi audiences akan beda dibanding dengan teman sendiri. Promosi merk nih….mungkin itu contohnya. Oleh karena itu…..dengan menggandeng rider-rider kita untuk menyebarkan safety riding, mewajibkan pembalap Yamaha menguasai dan menyadarkan teman-temannya untuk menggunakan protector lengkap selama berkendara dijalan bakal lebih efektif. Apalagi pembalap biasanya menjadi roll model bagi teman-teman sebayanya. Kita harapkan mereka bisa menjadi duta safety riding…” ujar Pak Saiful Anwar (Supervisor Motorsport Yamaha)….
Last….ketika ilmu yang disandang masih dangkal, memang bakal berat berkompetisi dengan kompetitor yang matang alami…berjenjang tidak karbitan. IWB jadi teringat…..ketika Lorenzo jajal sirkuit karting Sentul menggunakan JupiterZ1. Sigh seeing lap sekali…..langsung geber kedua kalinya, semua pembalap nasional keponthal-ponthal ngejar sipembalap Spanyol. “basicnya sudah kuat…..tidak perlu adaptasi lama mereka sudah mampu mengukur racing line, titik-titik braking dan open throttle dikombinasikan power simotor. Kalau pembalap kita mungkin butuh seminggu untuk melakukannya” tutup pak Yusri lagi. Weleh….gitu ya ternyata. Baru tahu juga nih …..(iwb)
Foto-foto YSRS Sentul
Leave a comment