Di dunia ini tidak ada yang sempurna….peribahasa tersebut dibuat bukanlah tanpa dasar. Setelah dua tahun mencicipi mesin Italia, prestasi yang tidak kunjung membaik membuat Rossi kehilangan percaya diri. Mental, ketajaman skill, waktu…semua terkoyak tiada ampun. Sang legendaris yang terkenal piawai menaklukkan prototype bike tertunduk lesu. Bahkan kru andalan doi…Burgess dan kawan-kawan tidak mampu berbuat banyak. Sebuah ironi yang tidak bakal pernah dilupakan oleh Valentino Rossi. Dan dipenghujung karirnya bersama Ducati, doi akhirnya angkat bicara……
“In my career I have never made a wrong decision, now I’ve done. Stoner was the only rider to be fast on the Ducati. Two years ago I did not understand the difference between Stoner and the other Ducati riders, and after two years I ride this bike still do not get it.
-Rossi/Topsport-
VR46 masih belum mengerti bagaimana cara Stoner mengendarai mesin Desmo. Selama dua tahun bersama mesin Ducati, The Doctor sering diserang rasa frustasi. Lembaran kelabu dalam sejarah karirnya. Penampilan yang tidak kunjung membaik membuat segalanya seperti terbuang percuma. Mereka mencoba mengerti dan beradaptasi dengan karakter Ducati. Namun semua sia-sia. Sebuah ungkapan sportif dari seorang legendaris untuk mengakui kepiawaian Stoner….
Dalam perjalanan keikut sertaan Ducati pada ajang lomba balap Motogp, Loris Capirossi merupakan pembalap terlama membela tim merah. Tapi yang paling mengkilap dan sempat menggondol juara dunia hanyalah Stoner. Selebihnya mencicipi masa pahit tak terlupakan. Tercatat Sete Gibernau, Marco Melandri dan kini Valentino Rossi. Apakah Andrea Dovisiozo akan mengikuti jejak mereka?. Monggo berikan analisa dan opininya brosis….(iwb)
Leave a comment