Bro dan sis sekalian…jelas pengalaman masa lalu tidak dijadikan pelajaran oleh pemerintah dinegeri ini. Setelah Reog Ponorogo, Angklung, serta lagu “Rasa Sayange” diklaim Malaysia, kini Tor-Tor….sebuah tari warisan budaya saudara kita suku Batak juga diklaim oleh negeri jiran. Berbagai kejadian yang mengoyak rasa patriotisme gencar dilancarkan negeri serumpun tanpa ampun. Sipadan Ligitan lepas…..tertatih-tatih kita mencoba mengobati luka yang masih terasa, namun tusukan terus dihujamkan tanpa bisa melakukan apapun. Ada apa gerangan dengan negeri ini??…
Sebagai anak bangsa…IWB merasa prihatin dan miris. Harga diri bangsa ini sudah tidak diperhatikan oleh para penguasa. Merekalah yang harusnya sebagai pencetus…..membela digarda terdepan. Sisingkan lengan baju dan bela negeri ini hingga urat putus sekalipun. Niscaya kita semua mendukung. Jangan pertanyakan loyalitas kami sebagai anak negeri. Tapi sayang…..penguasa hanya memikirkan diri sendiri. Omong kosong jika setiap tindakan untuk rakyat. Tidak percaya jika rapat untuk membahas tanah air tercinta ini. Semua hanya kamuflase untuk memuluskan kepentingan golongan semata!….
Kita tidak bisa menyalahkan total Malaysia atas segala manuvernya. Pemerintahlah yang menjadi penanggung dosa. Penguasa baru bereaksi ketika muncul klaim dari mereka. Desain yang tidak jelas terhadap strategi kebudayaan nasional adalah pangkal lemahnya kepedulian budaya kita. Coba sampeyan intip….berapa jumlah sekolah yang mewajibkan pengadaan ekstrakulikuler tarian daerah?? hanya segelintir. Adakah dukungan pemerintah untuk membangun sanggar-sanggar tari??. nihil!!. Tidak ada sedikitpun usaha untuk memelihara kebudayaan dinegeri ini…..
Disaat negera tetangga klaim…barulah semua kebingungan. Teriak-teriak menyatakan bahwa itu adalah kepunyaan kita. Nah…kalau sudah begini yang salah siapa??. Tidak bisa menunggu lebih lama…pemerintah kudu membuat undang-undang yang jelas agar klaim lainnya tidak terjadi. Pemerintah harus segera melobi tiap daerah dalam upaya pengembangan budaya nasional. Kemudian memperkenalkan kedunia internasional agar mereka semua melek bahwa kesenian merupakan milik Indonesia. Kudu serius brosis!. Lha kalau Malaysia bisa menyebut mereka sebagai “Truly Asia”….kenapa kita tidak??. Lawong Indonesia lebih kaya dibanding mereka. Sebagai sempalan kerajaan Majapahit, negeri Jiran hanyalah wilayah kecil yang tidak ada apa-apanya dibanding Indonesia. Sayang penguasa mandul tidak berisi!!….
Last.…kita semua mengamati jalannya skenario ini. Sudah cukup kiranya kesengsaraan para TKI serta lepasnya Sipadan Ligitan dari wilayah kita. Jangan budaya sebagai warisan nenek moyang juga diubek-ubek. Mosok kita tidak mampu berbuat apa-apa. Malu dengan Bung Karno euy. Malu dengan para pejuang kita dulu yang meregang nyawa untuk membela setiap jengkal harga diri negeri ini. So buat pemerintah…tolong dong dibikin visi yang jelas untuk memelihara budaya negeri. Jangan sibuk memikirkan diri sendiri tanpa peduli kelestarian warisan leluhur yang tidak ternilai harganya. Dan buat Malaysia….mbokya jangan bikin ulah to. Masak semua mau diklaim. Angklung, reog, lagu “Rasa Sayange” plus Sipadan Ligitan telah menjadi korban. Sekarang Tari Tor-Tor menjadi incaran. Piye karepe ki???…..(iwb)
Leave a comment