Bro dan sis sekalian…suatu keasyikan tersendiri bisa ngobrol dengan orang luar negeri. Topik tentang politik, ekonomi dan ujung-ujungnya otomotif kita kupas tanpa tedeng aling-aling. Bernama Mr. Simon….seorang berkebangsaan Inggris yang bekerja sebagai konsultan IT. Dari doilah diperoleh keterangan bahwa banderol seliter bensin oktan 92 disana sekitar 20ribu rupiah. Wiiihhh, nampol euy…!
Banyak komentar bahwa bensin kita sangat murah jika dibandingkan negara tetangga. Komparasi mentah-mentah tanpa berdasarkan kalkulasi pendapatan perkapita. Lucunya kadangkala opini “murah” ini didengungkan oleh para penguasa supaya kebijakan seolah halal tanpa ada beban. Kenapa? Sebab jika fakta digali lebih dalam, kata “lebih murah” serasa tidak fair. Seperti apa yang dituturkan Mr. Simon….
Dengan melihat nominal, bensin diUK memang akan terasa mahal bagi kita. Mosok seliter sampai tembus 20,000….opo ora ngelu . Tapi tidak ketika mendengar penuturan Mr. Simon. Bagi lelaki bertubuh kekar tersebut, harga termasuk enteng dikantong. Kenapa? Karena pendapatan rata-rata (average) warga negara Inggris pertahun sekitar 490juta rupiah (setelah dikonversi dari Poundsterling Inggris). Bandingkan dengan negara kita yang hanya berkisar 60jutaan..perbedaan nyaris 9 kali lipatnya. Yah…bisa diibaratkan banderol bensin bagi mereka berkisar 2,400 rupiah……
Subsidi memang membebani APBN negara. Tapi subsidi tetap diperlukan jika tepat sasaran khususnya buat kalangan kurang mampu. So…tantangan untuk negara supaya mampu membuat regulasi yang jelas. Kemudian komparasi banderol bensin….alangkah bijaknya apple to apple dengan pendapatan perkapita penduduk, bukan menelan mentah-mentah suatu angka yang belum tentu cocok alias jomplang dibanding negara kita….(Iwb)
Leave a comment