Bro dan sis sekalian, hari ini pada tanggal 17 Agustus……68 tahun silam atau tepatnya tahun 1945….seluruh bangsa Indonesia diliputi suasana tegang luar biasa. Serangan bom atom sekutu yang menghancurkan kota Hiroshima-Nagasaki pada tanggal 6 serta 9 Agustus 1945 membuat kekaisaran Jepang menyerah tanpa syarat. Namun bukannya menarik diri….Jepang masih tetap bercokol dibumi pertiwi tidak segera angkat kaki. Alih-alih memberikan kemerdekaan untuk Indonesia…..tanggal 14 Agustus 1945 pasca Jepang takluk, diperoleh informasi bahwa Nippon malah akan menyerahkan negara jajahannya kepada pasukan sekutu. Sebuah kabar yang harus disikapi dengan cepat sebelum terlambat…..
Indonesia saat itu dianggap sebagai negara tanpa pemerintahan oleh dunia internasional. Tipu daya yang sengaja diumbar para penjajah agar bisa menguasai kembali ibu pertiwi (monggo intip sejarah agresi militer Belanda). Oleh karena itu proklamasi dianggap menjadi solusi tepat untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia sekaligus menegaskan eksistensi pemerintah Indonesia yang tetap kokoh tidak tergoyahkan. Namun semua keinginan tersebut tidak mudah. Janji dari Marsekal Terauchi (bertemu dengan Soekarno-Hatta diSaigon Vietnam) untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dianulir oleh Otoshi Nishimura. Dengan dalih menjaga status quo serta mendapatkan instruksi dari Tokyo pusat (16 Agustus 1945)….Nishimura urung memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Soekarno-Hatta berang….
Merasa kurang aman, Soekarno-Hatta beserta para pemuda Indonesia berunding. Tekad didada sudah tidak bisa dibendung lagi dengan tetap akan mengumumkan kemerdekaan Indonesia apapun konskwensinya….merdeka atau mati!!. Dilakukan dirumah Laksamana Maeda (sekarang jalan Imam Bonjol no. 1) penyusunan teks Proklamasi dilakukan Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Setelah konsep kelar, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1). Dari sanalah cikal bakal dan kemerdekaan Indonesia terbuka lebar. Keberhasilan pembacaan naskah proklamasi yang dikumandangkan keseluruh tanah air dan dunia membuat Indonesia diakui sebagai negara berdaulat…….
Apa yang IWB tuturkan diatas hanya sekilas tanpa mengupas detil bagaimana beratnya perjuangan para pejuang kita agar bisa mengibarkan bendera sang saka merah putih. Perjuangan yang mengorbankan nyawa, darah, jiwa dan raga. Bagaimana negara ini dipecah belah diadu domba dengan tujuan agar rakyat tidak bersatu. Uniknya….sejak jaman dulu, negara ini memang selalu ada aja pengkhianat. Memperkerjakan telik sandi lokal….almarhum nenek pernah cerita keIWB saat masih kecil “Jaman Jepang ki paling rekoso le. Beras disita….bocah lanang dipekso dadi Romusha ora tahu balik. Nyiksone yo kejem banget. Pokoke 3,5 tahun rasane ngalah-ngalahi Londo sing 350 tahun. Londo sik iso mangan beras, jaman Jepang pangane gaplek tok. Dilalah ngono iku ono wae sing berkhianat dadi mata-mata Jepang. Goro-goro si-X (sebut aja demikian) beras sing didelekno nang ngisor kasur konangan. Nang sorlongan kasur wae diubek-ubek karo cutek. Jian kebangeten. Mangkane kabeh podo nyedakno ” matane picek ki si-X” . Dilalah Kedaden dadi picek tenan mari merdeka” tutur almarhun nenek IWB 20 tahun silam…..
(Terjemahan : Jaman Jepang dulu yang paling sengsara nak. Beras disita…anak laki dipaksa menjadi Romusha dan tidak pernah kembali. Kalau nyiksa juga kejem banget. Pokoknya 3,5tahun (dijajah) rasanya ngalah-ngalahin Belanda yang menjajah 350 tahun lamanya. Jaman Belanda masih bisa makan beras, jaman Jepang dulu makanan kita hanya singkong kering. Udah kayak gitu…masih ada aja yang berkhianat menjadi mata-mata Jepang. Gara-gara si-X (sebut saja demikian) beras yang kita sembunyikan dibawah kasur ketahuan. Dia selalu ngubek-ngubek bawah kasur menggunakan tongkat. Bener-bener kebangetan. Mangkanya semua nyumpahin “matanya picek si-X”. Ternyata benar-benar terjadi…..si-X mengalami kebutaan setelah merdeka Red). Hhhmm..segitu berharganya beras brosis. Tidak heran orang jaman dulu selalu berperawakan kecil dan kurus. Asupan makanan ala kadarnya kekurangan gizi. Makan beras saja sudah istimewa. Apalagi telur….weleh, hanya kaum ningrat kangbro. Sekarang??. Jauh kangmzzzz….
Last.…rasa nasionalis untuk mencintai dan menghargai perjuangan pendahulu kita sangat jauh menurun. Ironi ditengah pengorbanan mereka yang rela mengorbankan jiwa raga dalam menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan negeri ini. Tertatih memanggul senjata…meninggalkan sanak keluarga dengan harapan satu…..mengibarkan sang saka merah putih agar menjadi negara merdeka, makmur gemah ripah loh jinawi. Sayang…cita-cita tersebut masih jauh dari harapan. Seandainya mereka bisa bangkit dan bicara….para pejuang pasti sedih dengan kondisi negeri pertiwi ini. Korupsi dimana-mana…..generasi pejabat yang tidak mengerti artinya perjuangan. Lahir dijaman yang serba nyaman jauh dari ancaman mortir penjajah membuat mata mereka buta. Tega menelan uang rakyat tanpa mengerti pentingnya rasa patriotisne memajukan negeri ini. Rindu rasanya mempunyai pemimpin yang jujur….istiqomah serta peka terhadap orang kecil. Menjadi miskin atau kaya dalam kemakmuran itu pilihan, namun lahir diIndonesia raya ini adalah takdir. Dirgahayu negeriku. Semoga diusiamu yang ke-68 menjadi tonggak sejarah kearah yang lebih baik. Amin YRA…..(iwb)
Leave a reply to yudi Cancel reply