Generasi muda adalah tumpuan harapan kehidupan. Dalam prakteknya….ketika penerus mampu berkarya serta berinovasi lebih tajam, maka kebesaranlah yang bakal direngkuh. Sebaliknya, jika malas tanpa sudi belajar serta berusaha mengikuti era….dipastikan kematian hanya tinggal menunggu waktu. Dan inilah yang IWB takutkan terhadap Suzuki…..
Dulu….masa 1990an, tidak satupun yang berani meremehkan pabrikan S. Mesin kencang dan bandel adalah kekuatan yang dijual rata-rata produk Suzuki. Kenapa? Dibanding Yamaha, kendati sama-sama 2tak, mesin Suzuki lebih tahan panas. IWB pernah geber-geberan nunggang Crystal Tune melawan Yamaha FIZR keluar kota. Jalan lurus bebas hambatan membuat adrenalin terpacu untuk memuntir gas hingga mentok. FIZR yang awalnya beringas ngacir didepan…terlihat kedodoran setelah melahap jarak tempuh diatas 10KM speed konstan 110km/jam. Siitik bahkan sampai mengebulkan asap kendati dibawa berhenti. Takut terjadi kenapa-kenapa, IWB samperin untuk menanyakan kondisi tunggangan…siowner hanya senyum kecut..” Overheat mz…minta istirahat..” Ujarnya singkat. Doi kayaknya sudah hafal betul dengan kondisi tunggangan. Padahal siSuzi tetap enak aja dipakai. Karakter serta ciri khas tersebut ternyata juga dibawa keproduk sport seperti RX-King, RXZ ataupun RZR. Sebaliknya, Suzuki tidak!.
Apa yang terjadi diatas adalah salah satu contoh fakta realita dilapangan. Dan jebule memang itulah perbedaan karakter produk S vs Y sebagai produsen penghasil engine 2 tak. Berkecimpung didunia roda dua membuat IWB melek….bahwa secara standar engine S lebih tahan panas. Boleh saja sama-sama berteknologi air cooled, namun ketika digeber untuk jarak jauh….performa engine jarang ngedrop. Mau RGR, Crystal, RC100, Tornado, ataupun Satria 120….tetap eces tanpa keluhan. Semuanya makin sempurna dibungkus dengan desain yang selalu uptodate, fresh mengikuti selera pasar. Sayang era telah berubah. Suzuki makin tenggelam ditelan jaman….
Seiring miskinnya inovasi sejak 2011, motorsport mereka sudah seperti mati suri. Sementara Yamaha, sang kompetitor dekat terus berbenah. Keuletan, inovasi, peningkatan 3S plus produk mumpuni melambungkan market share garputala. Pasar motorsport juga digarap secara serius. Hasilnya…Suzuki kini bukan lawan YIMM. Kedua perseruan mereka tidak imbang sejak era 4 tak. Suzuki tidak lagi disebut sang macan yang ditakuti oleh Yamaha. Boro-boro melirik keVixion, mempertahankan market share motorsport dari gerogotan pabrikan non Jepang aja terseok-seok…
Produk sport nyaris tanpa suara. Grup Indomobil sibuk ngurusi segmen matic serta bebek berharap mendapatkan empuknya kue market share. Orientasi mereka hanya ingin mendapatkan keuntungan tanpa sudi membangun image yang telah rapuh. Ketajaman serta inovasi tiada henti yang dipegang kakek buyutnya sebagai falsafah slogan perusahaan dikubur tidak sudi ditoleh lagi. Sisi positif era lama nyaris tidak diendus dan kekeh dengan kemauan sendiri. Pelajari market, analisa, dengarkan suara konsumen kemudian follow up, itu yang seharusnya dilakukan….
Last…ancang-ancang membawa Inazuma jujur belum cukup membuat kita yakin Suzuki bangkit. Positioning-nya yang sangat segmented dengan banderol nempel Ninja serta CBR series disinyalir bakal menyulitkan penetrasi kepasar. Boleh saja bike purpose beda, tapi kita tidak bisa tutup mata bahwa secara market, golongan tersebut sangat kecil. Coba mzbro bayangkan…seandainya tidak ada Satria FU 150, eksistensi pabrikan Jepang tersebut mungkin hanya pemanis ditengah pertempuran dua pabrikan besar lain. Dan bukan menakuti, jika kondisi tetap dipelihara seperti ini….genk ijo serta pabrikan India bisa saja melengserkan posisinya. Semua hanya masalah waktu….(Iwb)
Leave a comment